"Dipilih dipilih, Bunda. Gamis seratus ribu aja, murah, Bunda," tiga pemuda berteriak, nangkring di atas kursi, di depan rak pajang gamis-gamis syar'i. Suaranya terdengar lantang di antara teriakan-teriakan pedagang di kios lainnya. Baju murah
Saya berjuang melewati sekumpulan ibu-ibu yang menyemut di depan gawangan gamis yang katanya sedang diskon itu. Tepat di depan eskalator, saya menoleh ke sana ke mari. Jika ke kanan, saya akan kembali ke pintu utama Blok A Tanah Abang, yang dari jauh sudah terlihat banyak orang duduk melepas lelah. Minum-makan tak bisa, sebab sedang berpuasa.
Akhirnya, saya putuskan untuk mencari jalan menuju Blok B dan F, berharap dapat baju seragam untuk keluarga di Hari Raya. Perjalanan menuju satu blok ke blok lainnya tak saya lalui dengan kacamata kuda. Kios di kiri-kanan jadi objek pandangan yang bikin lapar mata. Gamis, mukena, baju koko, hijab, gaun-gaun modest alias sopan jadi buruan para pengunjung di bulan Ramadan, juga jelang Lebaran.
Tanah Abang masih jadi destinasi sentral masyarakat untuk berburu pakaian Hari Raya. Yang datang bukan hanya para pedagang, tapi juga pembeli eceran. Salah satu alasannya, karena pilihan model yang lebih banyak dan beragam.
Tak heran, karena berdasarkan data yang diungkap Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, Abdullah Mansuri, kepada Tirto.id, jumlah kios di semua blok Tanah Abang kini mencapai 21 ribu pedagang. Secara rinci, 8 ribu pedagang ada di Blok A, 5 ribu di Blok B, 4 ribu di Blok F, dan 4 ribu Plaza Metro. Belum lagi ada sekitar seribuan pedagang kaki lima di sekitar kawasan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar